Jumat, 26 Agustus 2016

Halal-Berkah-Ridho



Halal bukan merupakan sesuatu yang didapatkan karena melihat hasilnya saja. Menurut gue, halal itu proses. Ya, proses dari hulu ke hilir dari awal pembuatan produk tersebut dibuat, bahan-bahan pendukung produk, alat-alat yang digunakan, dan bahkan cara-cara yang diterapkan dalam proses pengolahan produk tersebut. Jadi dapat dikatakan halal itu proses yang panjang, yang bukan hanya melihat titik akhir ataupun produk jadi saja. Halal merupakan sebuah tahapan proses yang didalamnya terlibat banyak hal. 

Halal mendekati berkah. Dapat dikatakan halal merupakan suatu usaha untuk mencapai berkah. Uang yang didapat dari seorang suami kemudian dibelikan makanan olehnya dan diolah dengan proses  yang halal oleh istrinya insya Allah rezekinya berkah (Ups kenapa jadi ngomongin suami istri?). Sebenarnya proses berkah bukan hanya melibatkan halal, tetapi juga niat. Nah, balik lagi kan ke bab niat. Niat merupakan inti dari semua amalan yang dilakukan. Niat menentukan nilai produk yang dihasilkan dari suatu amalan. Oke, jadi merembet kemana-mana. Intinya niat ataupun tujuan harus menggambarkan berapa nilai produk yang akan kita hasilkan.

Lalu jika halal mendekati berkah apa lagi? Berkah itu sesuatu yang ketje looh sob menurut gue. Apapun dan berapapun yang kita dapatkan asalkan berkah insyaAllah terasa nikmat. Gue inget banget kata guru gue zaman SMP. Kalian itu cepet lupa pelajaran-pelajaran yang lalu karena ilmu kalian ga berkah (Nah loh?!) ga berkah mungkin karena kalian tidak menghargai guru, orangtua, atau siapapun yang memberikan ilmu. Hmmmm, selalu inget bangeet gue kata-kata ini.
 
Jika sudah berkah, bagaimana? Berkah mendekati ridho. Ya, keridhoan Allah. Sebenarnya apa sih yang kita cari dalam hidup selain keridhoan Allah? #NotetoMySelf yaaaa. Karena kalo Allah udah ridho, mana tega sih Allah ninggalin kita jauh-jauh, sehingga kalo kita jauh sedikit Allah masih mau menegur kita dan kita ga akan dibiarkanNya sendiri. Semoga…semoga… Allah tetap ridho akan semua langkah-langkah yang telah kita perbuat dan tetap menjaga kita dalam DienNya Amiiiin. 

Maaf sedikit random hahaha

Jumat, 12 Agustus 2016

Wanita Pilihan



Emang ya, kalo bicara tentang wanita ga ada abisnya -,-.  Ya abis gimana? wanita itu kan makhluk istimewa yang emang terlalu banyak dan rumit urusannya (menurut gue). Tapi ga semua wanita itu rumit kok, ya contohnya gue u,u. 

Berbicara wanita pilihan yang maaf ini bukan tentang shahabiyah (karena ilmu gue belum mumpuni soal kayak gini). Wanita pilihan disini adalah wanita pilihan yang dipilih oleh laki-laki untuk menjadi teman hidup. Ya, pernah ga sih terpikir oleh kalian (untuk wanita ya) sebenernya apa sih yang membuat laki-laki itu memilih kita? Dan pernah ga sih terpikir oleh kalian, mungkin ga sih kita ga beruntung untuk dipilih? Kalo gue jujur iya, kadang gue mikir siapa coba yang mau milih gue atau suka sama gue dengan kelakuan gue yang kayak gini (yaaaaa, jarang ada yang menganggap gue wanita tulen). Tapi kata mba-mba dan temen-temen gue “sejelek-jeleknya cewe ya Ras, pasti ada yang merhatiin dia atau suka sama dia kok, soalnya banyak kasus kayak gitu.” Seketika gue berpikir apakah iya? Ya, gatau sih, soalnya gue belum merasakannya secara langsung, mungkin gue akan percaya jika gue merasakannya langsung. 

Gue gatau di sudut pandang laki-laki seperti apa, yang jelas gue ga ngerti alasan mereka memilih dan mempercayakan hidupnya dan hidup anak-anaknya pada salah satu wanita itu dasarnya apa? Gue mau ambil contoh salah satu tokoh yang berpendidikan tinggi dengan kekerenan maksimal karena udah pinter, ganteng pulak yang menikahi salah satu artis ibu kota yang (gue kurang paham sih) lulus S1 aja belum. Tapi ini menarik, karena kita bisa melihat seseorang yang gelarnya udah sekelas doctor aja bisa menikahi wanita yang belum memiliki gelar, gue gak bermaksud mempermasalahkan tingkat pendidikan atau gelar ya. Coba kita lihat lebih jeli lagi, sebenernya apa sih sisi lain yang dimiliki wanita itu sehingga dapat menyamakan pola pikir dengan pria yang memiliki tingkat pendidikan lebih diatasnya? Kebayang ga sih? Pria itu bisa menyerahkan hidupnya dan hidup anak-anaknya pada wanita itu? Secara yang menyamakan pola pikir itu sulit. Harus ada yang sabar. Harus ada yang mengalah.

Apa karena cantik aja? Gue rasa cantik aja ga cukup buat meyakinkan pria untuk bisa meyerahkan hidupnya dan hidup anak-anaknya pada wanita karena hanya alasan cantik aja. Jika memang ya, karena hal fisik alasannya? apakah itu dapat bertahan lama? Kok gue melihat wanita cantik yang dipersunting pengusaha-pengusaha kaya (dengan wajah maaf kayak Om-om bahkan kakek-kakek) terlihat seperti pajangan di dalam rumah. Seperti tidak punya otoritas di dalam rumah, gak sehat aja diskusi di rumah, mungkin suaminya lebih banyak diskusi dengan orang lain di luar rumah sehingga istri hanya sebagai (maaf) pelampiasan saja. Entahlah, ini seburuk-buruknya pikiran gue. 

Mari kita menyikapi masalah ini secara bijak. Mungkin kita dapat melihat ini dari keluarga si wanita yang telah menyiapkan pola asuh secara baik. Kenapa gue bilang baik?  Karena dengan pola asuh yang baik, wanita itu dapat menjadi bijak dengan pola pikir yang sehat, open minded, serta dapat menyikapi masalah dengan bijak. Dengan matangnya pola pikir tersebut, yang mungkin membuat pria dengan latar pendidikan lebih tinggi nyaman berdiskusi atau bahkan mempercayainya untuk dipilih menjadi istri.

Jadi reminder diri juga sih sebenernya, apakah pola pikir gue udah matang dan dapat menyeimbangi pola pikir pria di luar sana? Ya, mungkin gue harus banyak belajar. Belajar mendewasakan pola pikir. :)