Rabu, 17 Desember 2014

tentang subjektifitas part 2

emm, lanjut lagi yaa. banyak orang yang biasa aja (belum terlalu keliatan kompetensinya) tapi malah diterima, ada yang diterima karena IP nya 4 adaaaa... padahal track record nya dia di organisasi mawar itu belum terlalu banyak dibanding temen gue si melati tadi. gue gatau nanti itu bentuk kepengurusan kedepannya kayak gimana kalo dari proses pemlotingannya aja udah bermasalah gitu. ditambah lagi ada temen gue yang cerita sama gue kalo dia itu berasa ga dianggap karena menurut ceritanya dia, yang ceritanya dari pacarnya. sebenernya pada saat pemlotingan  dia masih diragukan untuk berada diposisi kesekreriatan sekarang karena ada temennya dia, nah, temennya dia ini dipertahanin banget untuk masuk ke bidang kesekreriatan oleh si ketum, karena menurut ceritanya si ketum sih ada rasa sama dia hehe udah kan paham kan subjektifnya dimana? lanjut lagi tentang subjektifitas lagi tadi, menurut gue ga adil banget ketika kita berada di kondisi yang menuntut kita profesional lantas kita mengabaikan ke profesionalan itu dengan subjektifitas atau bahkan pake bawa perasaan segala --'.  sebenernya ini sih yang gue ga suka dari oraganisasi mawar ini, yaa banyak banget gitu orang yang ga mau ngedengerin, masih banyak yang egois, bwa perasaan, dan subjektif banget. mungkin, itu pendapat gue yang mengamati dari luar ajaa. tapi kalo dari luar aja keliatannya berantakan, apa lagi didalemnya? i have no idea. menurut gue yaa, setidaknya kita keliatan diluar rapih, yaa walaupun dalemnya masih berantakan hehe. terakhir yaa, menurut gue profesionalitas itu penting, walaupun kita dalam lingkup yang memang masih di kampus. profesionalitas itu ga mengenal subjektifitas, ga bawa perasaan. udah itu aja. sekali lagi, semua tulisan ini berdasarkan pandangan gue.. :)

Selasa, 16 Desember 2014

tentang subjektifitas part 1

berhubung lagi hujan dan gue masih nunggu temen gue yang lagi praktikum, jadii gue terlintas untuk cerita disela-sela tab-tab google chrome gue yang berisi materi untuk laporan praktikum haha. ceritanya dimulai pada pemlotingan pengurus salah satu organisasi dikampus gue, sebut saja dia mawar haha. dalam pemloting kita udah tau lah yaa, tempat-tempat mana yang harus diisi oleh orang-orang tertentu dan tentunya dengan kompetensi yang sesuai dengan bidang, sehingga nantinya dapat bekerja secara optimal tanpa paksaan, jadi inget katanya pak sukhendro, guru transmisi waktu sekolah dulu, "cintai apa yang kamu kerjakan". berangkat dari situ, yaa memang segala sesuatu harus dikerjakan dengan passion kita, yaa biar apa? biar kerjanya enjoy. tapi pada kenyataanya?  banyak kan orang-orang yang emang punya kompetensi tapi ga ditempatin pada posisi yang seharusnya. balik lagi ke judul diatas, sebenernya gue mau cerita tentang temen gue di salah satu organisasi tadi. ya sebut aja temen gue ini dengan nama melati. melati, menurut gue dia punya bakat dan sangat berpotensi banget buat masuk di bidang humed di organisasi itu, dan track record nya dia di organisasi itu udah kece banget lah, dia udah dikenal sama kaka kelas, udah berkontribusi banyak, terlebih lagi dia emang jago banget design dan menurut gue itu udah cukup buat modal awal dia masuk ke bidang humed tadi. tapi kenyataannya di lapangan gimana? dia ga diterima. gue tau banget melati orangnya kayak gimana, dia baper (bawa perasaan) menurut gue, bukan menurut gue juga sih, menurut yang lain juga. padahal apa? dia udah loyal, udah berkontribusi, dan udah punya nama di organisasi itu. terkait dengan subjektifitas tadi, gue yang tadi diceritain sama temen gue tentang proses pemlotingan pada pengurus organisasi itu, yaa gue baru tau kalo emang ada beberapa orang yang subjektif dan gue percaya, setelah gue amati dari jauh dan telah sekian lama ya emang, mereka begitu. padahal ya, ada yang menurut gue biasa aja, tapik malah diterima, gue ga ngerti. udah dulu yee. besok lanjut lagi

Kamis, 20 November 2014

Sandal dan sepatu tidak pernah tertukar



Sebenernya judulnya itu terinspirasi pada pernikahan salah satu tokoh muda yang menurut saya inspiring banget. Mungkin karena dia ganteng plus cerdas kali yaaa haha. Iya, jadi tuh ceritanya si tokoh muda ini baru melangsungkan pernikahan dengan pasangan dan otomatis membuat semua cewek yang ngefans sama dia patah hati, termasuk saya :p. jadi si tokoh muda ini menikah dengan salah seorang anak hijabers yang memang pebisnis juga. So, jadi ceritanya ada yang ngucapin happy wedding di twitternya si tokoh muda itu dengan ucapan “pernikahan mas A dan mba A membuktikan bahwa memang sandal tidak pernah tertukar dengan sepatu”. Nah, kata-kata ini tuh buat saya berpikir, kenapa? Karena pada realita hidup yang ada memang sandal gak akan pernah tertukar oleh sepatu. Tapi kenapa dalam dongeng-dongeng atau kisah-kisah jaman dahulu sandal  bisa berjodoh dengan sepatu? I have no idea. Tapi saya mencoba mengerti, mungkin saja si sandal mempunyai kualitas yang bagus, kuat, indah dan tahan banting sehingga nilai itu membuat si sandal layak bersanding dengan sepatu, mungkin saja kan? Tapi apakah mungkin sandal yang buluk, sudah lumutan dan dekil layak disandingkan dengan sepatu? Tidakkan? Ini hanya perumpamaan, sekarang kita masuk ke contoh aslinya, mas A yang seorang pebisnis mapan layak disandingkan dengan mba A yang juga pebisnis. Coba, kalo mas A di sandingkan dengan tukang sayur yang jutek dan tidak ramah apakah pantas? Nah inilah yang saya maksud sandal dan sepatuuu, paham kan???? :p

Selasa, 21 Oktober 2014

bukan soal bakat

kadang gue ngerasa kalo misalnya kita ga punya bakat terus kita gabung sama komunitas X yang punya bakat X, padahal kita punya MINAT lohhh yaaaa, tapi ya gitu kita dianggep sebelah mata sama mereka petinggi komunitas X. Entahlah ya, tapi itu yang gue liat....kan ga adil adil, harusnya mereka dihargai, kalo gaada mereka siapa yang mau ngehidupin komunitas itu, bukan gitu aja yaaa, terkadang mereka tuh (yang cuma MINAT doang) malah makin terpuruk dan malah jadi gak berkembang di komunitas itu. Yang punya bakat malah lebih berkembang lebih yaa begitulah, kenapa mereka terlalu tidak percaya dengan meeka yang hanya bermodal MINAT saja? kenapa? ga ngerti deh. semoga bisa jadi koreksian buat gue dan yang lain, bahwa masih banyak mutiara-mutiara yang bertebaran disana, semoga ada yang sadar, semoga ada yang ngerti, semoga ada yang peduli, dan semoga ada yang menindak lanjuti :D

rasanya ga adil

emm gimana ya mulainya? gue juga bingung haha
sekali lagi ini menurut pandangan gue

yaaa gimana emang dunia ga adil sih --"

Jadi gini, dalam satu kelas biasanya terdiri dari orang-orang yang udah melewati tahap-tahap kelas selanjutnya kan? nah, sekarang gimana kalo tiba-tiba ada orang yang dateng ke kelas ke kelas kita tanpa melalui tahapan proses itu, rasanya tuh kayak apa sih lo? tiba-tiba masuk kelas gue, dengan pemahaman beda dengan orang-orang yang ada di dalamnya, dan kebayang gak gimana kita harus nungguin dia harus menyamakan pemahaman dengan kita, rada lama kan? terlebih lagi dengan guru yang tidak perhatian, bayangkan nasib kita men, bayangkan --" rasanya ga adil banget gue harus nunggu orang yang tiba-tiba masuk lalu dengan guru yang tidak perhatian dan dengan kelompok yang tidak saling memotivasi, udah kenal nama aja alhamdulillah -_-
dan bayangkan ga adilnyaaa ketika lo harus nungguin orang itu sampai dengan tahapan pemahaman yang sama dengan kita, gimana rasanya? kita, yang harusnya udah sampai tahap berikutnya harus skak disitu cuma demi orang itu --" kenapa kita ga dibedain aja sih kelompok/kelasnya? atau kita yang dipindahin kelasnya? ini ga adil, menghambat pemahaman yang lain cuma demi orang itu, sadar ga sih mereka egois menahan potensi yang udah ada yang udah paham dan menyamakan dengan yang belum paham, i have no idea.. semoga bisa jadi koreksian buat gue dan buat yang lain, semoga ada yang sadar, semoga ada yang ngerti, semoga ada tindak lanjutnya..

Rabu, 24 September 2014

untuk kalian yang 'tespesialkan'

entah mengapa, ini tulisan gue buat karena gue yang iri cemburu, atau entah apalah.. tapi ini sih yang gue rasain...

untuk kalian yang' terspesialkan' mereka mudah sekali mengurus sesuatu yang buat orang kayak kita mah, dilayanin juga belom tentu, sekalinya dilayanin yaa responnya lama -_-

untuk kalian yang 'terspesialkan' kenapa kalian selalu saja mengambil posisi orang lain, kasian mereka yang punya skill tapi terkalahkan karenaengkau begitu 'spesial'

untuk kalian yang 'terspesialkan' yaaaa... mungkin memang kalian punya skill.. tapi lihatlah orang sekililing kalian yang memang belum menemukan skill mereka dimana, bantu dia agar mereka juga bisa jadi 'spesial'

untuk kalian yang 'terspesialkan' kenapa ya? saya suka ngerasa useless kalo kerja bareng sama kalian? apa karena kalian terlalu mendominas? atau karena kalian terlalu 'spesial' sehingga pekerjaan itu bisa kalian lakukan sendiri? entahlah --"

untuk kalian yang 'terspesialkan' kalian sadar ga? ada banyak orang yang emang cuma jadi bayang-bayang kalian doang?

untuk kalian yang 'terspesialkan' da aku mah apa atuh, debu iya.. kalo kata om itu mah lempung --"

untuk kalian yang 'terspesialkan' sadar dong please!!! bantuin yang lain yang emang ga 'spesial' seperti kalian dan buat mereka menjadi 'spesial' juga

untuk kalian yang 'terspesialkan' semoga kalian Allah kasih kesadaran untuk 'menspesialkan' yang lain


Kamis, 24 April 2014

tempat gue bukan disini

tempat gue kayaknya emang bukan disini. mulai dari awal gue udah salah. milih intensif IPS tapi dapetnya IPA, sedangkan gue dari SMK yang emang pelajarannya beda sama SMA. gue juga ga ngerti ini mau di pertahanin apa engga, gue bingung, kasian kan orangtua gue. gue kadang ngerasa BODOOOOHHHHH bangetttt, ga ngerti apa-apa. sedih banget tau ga rasanya ketika yang lain udah pada ngerti masa gue yang ga ngerti sendirian,. kadang gue juga ngerasa capek ngejar materi kayak gini terus. kadang emang harus belajar sendirian dari awal. gue juga ga ngertilah sama rencana Allah, belom ngerti sampe sekarng, gue belom tau kenapa gue harus dikirim kesini. padahal kan gue sengaja banget ngindari eksak, karena gue tau kemampuan gue kurang disini --". kadang gu mikir juga ngapain kuliah kayak gini terus gue kuliah kayak ga jelas ga ada tujuan mau kemana? entahlah

Jumat, 18 April 2014

belajar peka

gue kadang mikir, gue sedih sendiri, kenapa yaa, gue bisa se-cuek itu, kenapa orang-orang bisa bilang gue cuek? kenapa gue ga peka? gue sedih aja karena sifat itu gue pernah bikin nagis orang, bikin orang kesel, sakit hati ataupun ngerasa kecewa. tapi gimana caranya biar peka, paling engga gue ngerti ngarus kayak gimana saat kalian maunya kayak gimana --" aku bingunggggggg. sampe ya temen gue yang gue tanyain peka itu gimana sih bilang kayak gini "nanti gimana lu punya suami atau punya anak kalo lu ga peka?" sedih banget ga sih?? kalo anak sama suami gue terlantar gara-gara gue ga pekaa. ya emang sih itu juga yang membuat gue berpikir keras untuk belajar peka. entahlah, semoga proses belajar peka ini menghasilkan hasil yang baik. ^^

keluarga baru :D



Terkait dengan keluarga baru gue, gue ikut UKM yang namanya GAMAIS (keluarga islam mahasiswa pertanian). Ya, semoga kita selalu menjadi keluarga dimanapun kita berada. Jadi ceritanya bermula dari musyang Gamais yang biasanya sampe jam 9 (jam malem jam 9). Kalo udah selesai biasanya akhwatnya (yang rumahnya jauh) dikawal sama ikhwan, yang gabawa motor dianterin sama mba-mbanya sampe ke kosan. Di UKM ataupun diacara kepanitiaan yang gue ikutin, mana ada yang mau kayak gitu yang ada gue jalan kaki malem-malem sendirian -,-. Ya, walaupun risih juga sebenernya dikawal ikhwan, tapi ya mau gimana lagi? Daripada mba-mbanya ngerasa sedih karena khawatir kita pulang jauh terus ga ada yang ngawal?
Sebenernya cerita yang lebih seru itu ketika gue ada acara penutupan Agritech Vaganza yang acaranya biasa kelar jam 11 malem belum termasuk rapat evaluasi. Terus gue kan WA kadep kaderisasi gue yang namanya mba tia dan minta dijemput jam 10 karena gue takut ga dikasih ijin. Terus ternyata di group WA nya ADK (gue ga ikut group ini) lagi ngomongin kita yang ikut kepanitiaan Agritech dan kalo kita ga diizinin bakal ada ikhwan gamais yang mintain izin buat kita haha. Gue ga nyangka ajaaa. Well, setelah ga berapa lama gue WA sama mba tia terus mba tia nelpon gue,akhirnya dijemput jugaaaaaa dan disuruh nginep dikamarnya mba tiaaaa haha, untung boleh ijin, ya kaliiii males banget gue di mintain izin sama ikhwan. Temen gue yang namanya N kaburrr karena dia tau kabidnya pasti ga ngasih izin, untung kabid gue ngerti haha. Mungkin karena kader begitu berharga jadiiii mba tia rela melem-malem ujan-ujanan jemput gue haha. Love you mbaaa :*

dunia baru



Semenjak dikampus ini, dikota ini gue ngerasa atmosfer yang beda banget dengan apa yang gue rasain dullu di Jakarta dengan mall yang banyak dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi yang padat. Disini di Purwokwerto angkot aja jarang, orang lebih suka naik sepeda motornya, entahlah gue juga ga ngerti tapi yang pasti jadi ada motivasi buat gue untuk bisa belajar motor hehe. Oke, kampus dengan sekolah berbeda banget. Kampus yang menurut gue di kota kecil ini dengan sekolah gue yang di kota besar itu, beda banget, kampus dengan segala dinamisasinya yang tentunya berbeda dengan sekolah. Teman yang berbeda dengan di sekolah, teman yang (maaf) gue ga ngerti jalan pikiran mereka yang kadang masih ga nyambung ngomongnya, karena mereka mungkin berbeda asal tempatnya. Mereka yang masih pasif yang masih antipati pada kampus yang gak peduli, yang study oriented, yang caper, yang sok aktif ada disini. Dikampus ini gue mulai menetralisir kehedonan gue pada waktu di sekolah dulu. Disini mau hedon gimana? Mall Cuma ada 2 yang gue tau Sri Ratu sama Moro yang kalo dibandingin sama Grand Indonesia jauuuuuuuhhhh nyaaaaaa banget banget. Pilihan barangnya juga Cuma sedikit, terkadang aja gue bawa dari rumah barang yang gue mau haha. Peluang disini juga lebih kecil tentunya dengan mimpi-mimpi gue yang besar. Gue mau ikut kegiatan sosial disini tapi apa????? Gue mau banget UNSOED itu punya kegiatan UNSOED BERKEBUN kayak kampus lain terlebih lagi fakultas pertanian. Biar orang-orang ga sibuk hanya dengan politik kampus, tapi juga memberikan manfaat buat orang-orang. Terkang kita terlalu sibuk mengurusi lobi-lobi politik yang melenakan sehingga kita melupakan tujuan awal kita sebenarnya apa sih??? Memberikan manfaat!!! Tidak membedak antara golongan satu dengan yang lain yang terpenting kan saling bersinergi untuk memebri yang terbaik untuk semuanya. Sedikit-sedikit gue mulai pahamlah politik kampus hehe.

Sabtu, 29 Maret 2014

Jadi Korban




Berawal dari iseng-iseng gue ngirim pamflet via whats up tentang acara yang kajiannya membahas tentang nikah. Terus yaudah gue chatting kan sama temen gue itu (D, dan dia cewe), dan gue bilang gini “organisasi (namanya anggep aja itu) bikinlah kajian tentang nikah. Gue pikir kan dia ngerti ya, kalo gue cuma bercanda dan iseng-iseng doang ngomong kayak gitu. Ternyata, engga men, dia (D, inisialnya aja yaa) nge screen shoot chat gue sama dia terus ngirim ke kaka kelas yang kebetulan satu organisasi bareng kita. Ya, kita sebut aja kaka ini kaka N (Kaka N ini cowo), lalu kaka N ini ngirim itu si screen shootnya ke group organisasi tersebut. Gue yang emang kebetulan ga mau ikut group itu karena emang gue ga mau di invite kan gatau dan gue tau itu dimasukkin ke group organisasi itu dari temen deket gue. Gue shock ga ngerti harus gimana. Well, gue langsung aja nge chat si D dan bilangin dia segala macem kalo itu bukan lelucon dan emang ga lucu sama sekali. Kalo misalnya si D emang mau bahas tentang nikah dan kajiannya sama kaka N kenapa harus di screen shoot sih, kenapa ga ngomong aja langsung. Besok paginya temen deket gue yang ikut di group itu nulis kayak gini di group “Kaka N kalo bercanda jangan keterlaluan, ga semua hal bisa jadi bahan bercandaan”. Terus banyak yang yang nge-RT gitu kan, seneng banget gue akhirnya tuh orang ditegur juga. Abisnya nih ya mereka berdua (si D dan Kaka N) bercandanya suka berlebihan dan nyari sesuatu apapun yang bisa di bercandain, padahal kan ga semuanya bisa di bercandain. Paginya juga si kaka N itu nge whats up gue, gini:
Kaka N: “assalammualaykum”
Gue: “waalaikummussalam”
Kaka N: “marah de?”
Gue: “menurut loh??”
Kaka N:”engga hehe”
Gue: “yaudah terserah deh”
Kaka N:”maaf ya?”
Kaka N: “mungkin marah engga, tapi jengkel iya”
Gue: (ga bales)
Udah bĂȘte banget buat bales whats up kaka N itu juga temen deket gue yang balesin, huuhh. Dia ga sadar lagi sikapnya yang kayak gitu udah bikin marah + bĂȘte. Sebenernya si D dan Kaka N udah minta maaf dan udah gue maafin, tapi gue tuh pengin mereka sadar kalo ga semua hal itu bisa dijadiin lelucon. Mereka kan udah dewasa dan harusnya udah bisa menyikapi. #udah ituaja
Oiah sebenernya gue juga chatting sama Si D tapi berhubung obrolannya panjang jadi gue males ngetik hehe _V